Diposkan pada Japan and Japanese

(Doramatalk Ep.4) Pekerjaan dalam Dorama

Waduh, udah bulan baru aja. Memasuki minggu kedua Agustus kemarin, saya kok berasanya sibuk banget, ya… Sampai-sampai tontonan dan bacaan di bulan ini menurun drastis. Blogwalking dan balas komen pun makin lambat aja. Huhuhu. Maapkeun…

Emang butuh liburan dan berinteraksi face-to-face, nih, kayaknya…

*ini postingan doramatalk apa postingan keluhan? Wkwkwk šŸ¤¦ā€ā™€ļø*

Baiklah, kembali ke judul.

Harusnya postingan ini dipost akhir bulan. Tapi, berhubung nggak keburu karena hectic ini-itu. Jadi, terpaksa diundur, deh…

Dan memasuki akhir bulan (saat itu šŸ˜…), berarti saatnya kita ngomongin soal dorama lagi. Kali ini idenya Eya yang merekomendasikan gimana kalau kita ngomongin dorama soal pekerjaan.

Selain cerita tentang keluarga, tema pekerjaan ini juga salah satu yang bikin saya betah di dorama. Karena ada buanyaaak sekali variasinya. Dari mulai yang standard macam penegak hukum, guru, atau dokter, sampai ke pekerjaan yang, sejujurnya, saya sendiri nggak terlalu ngeh dengan pekerjaan tersebut. Seperti petugas farmasi di RS, pekerja sosial di kantor kecamatan, agen penjual rumah, sampai pekerja kontrak. Bahkan proof-reader di penerbit dan petugas tuning piano juga ada ceritanya, lho! Yang terakhir film, sih, tapi… šŸ˜

Untuk pekerjaan standard seperti penegak hukum maupun dokter juga bermacam-macam. Mulai dari pengacara, jaksa, dan hakim, sampai ke dokter spesialis kanker, dokter emergency shift malam, sampai dokter di kepulauan terpencil. Pokoknya dalam setahun pasti ada aja, deh, dorama tentang penegak hukum dan dunia kedokteran ini.


Karena ada banyak banget dorama bertemakan pekerjaan, jadi saya tertarik untuk membahas tiga dorama tentang pekerjaan yang unik atau biasanya jarang diceritakan.

Your Home is My Business

Dorama ini bercerita tentang kantor agen penjual rumah dengan catatan penjualan total yang kurang bagus. Pada suatu hari seorang perempuan misterius dari cabang lain yang kabarnya memegang rekor penjualan, dimutasi ke cabang tersebut.

Perempuan bernama Sangenya Machi ini minim ekspresi, kata-katanya menusuk mendekati power harrasment, tapi mottonya ā€œThere is no house that I canā€™t sellā€, dan dalam sekejap saja langsung melampaui nilai penjualan karyawan lainnya.

Sangenya yang dijuluki Sanchi (dapat diartikan juga sebagai ‘area produksi’) meskipun (tampak) akan melakukan segala cara demi bisa menjual rumah, sebenarnya juga yang paling memikirkan kepuasan customer. Dia akan berusaha sekuat tenaga mencari rumah yang cocok dengan calon pembeli. Bahkan sampai mencari tau latar belakang si calon pembeli.

Mungkin karena itu walaupun galak, tapi customer tetap membeli rumah yang ditawarkannya dengan puas.

Calon-calon pembeli di dorama ini juga punya background yang unik. Seperti keluarga dengan kedua orang tua bekerja, single parent, artis yang beda banget persona di TV dengan kehidupan nyata, bahkan sampai pasangan LGBT.

Cukup membuka wawasan, bahwa manusia itu ternyata berbeda-beda, dengan kebutuhan dan keinginan yang tentu saja juga ikut berbeda.

Caseworker’s Diary

Dorama kedua, tentang Yoshitsune Emiru, seorang PNS baru di kantor kecamatan bagian sosial. Tugas Emiru adalah memberi support kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan pemerintah.

Di Jepang, bagi masyarakat yang tidak bisa bekerja karena alasan kesehatan (fisik maupun mental), atau single parent yang memiliki penghasilan yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, akan mendapatkan bantuan dari pemerintah setiap bulannya. Mereka mendapatkan bantuan tersebut setidaknya untuk dapat hidup dengan standard minimal yang ditetapkan undang-undang, yaitu sehat dan tidak merugikan masyarakat.

Selain mendapat bantuan finansial, mereka juga dibantu agar dapat bekerja kembali sehingga tidak perlu mendapat bantuan lagi. Entah dengan bantuan konseling psikologis maupun dicarikan pekerjaan. Untuk keterbatasan fisik, seperti lansia, anak-anak di bawah 15 tahun, atau penyakit menahun yang menjadikan tidak dapat bekerja, biasanya petugas kecamatan tersebut juga akan mengecek kondisi mereka secara berkala. Dan tentu saja itu menjadi tugas Emiru juga.

Sebagai manusia yang hidupnya biasa-biasa aja, ternyata pekerjaan ini cukup membuat Emiru mentally drained. Karena ternyata yang mendapatkan bantuan kebanyakan orang-orang yang bermasalah. Yah, kalau dipikir-pikir iya juga, sih… Kalau tidak bermasalah, mereka tidak butuh bantuan, bukan?

Dorama ini membuka wawasan saya tidak hanya tentang kultur masyarakat Jepang yang sebisa mungkin tidak menyusahkan orang lain, tapi juga tentang sistem pemerintahan yang kalau dijalankan dengan benar (plis atuhlah jangan ada lagi maling uang rakyat šŸ˜ž), masyarakat dapat hidup dengan standard minimal tersebut.

Unsung Cinderella

Untuk dorama terakhir adalah dorama dari Ishihara Satomi, salah satu aktris ternama di sana. Sebenarnya, dari banyaknya dorama dengan Ishihara Satomi sebagai lead role, ada tiga yang bertema pekerjaan, yang menurut saya cukup unik.

Ketiganya adalah Pretty Proof-reader yang sudah pernah Eya ceritakan di postingan ini; Unnatural yang bercerita tentang petugas forensik (dan kayaknya pernah diceritain Eya juga, deh); dan Unsung Cinderella yang akan saya ceritakan kali ini.

Berhubung duanya sudah pernah disinggung, plus saya belum ketemu tempat nonton yang legal untuk dua dorama yang saya ceritakan di atas, maka kali ini saya mau merekomendasikan dorama ini. Kebetulan ada di Viu, jadi bisa nonton tanpa khawatir, kan… šŸ˜‰

Dorama ini sendiri bercerita tentang Aoi Midori. Seorang apoteker rumah sakit. Agak berbeda dengan apoteker di apotek, apoteker di RS juga bertanggungjawab pada obat-obatan untuk pasien yang dirawat di RS.

Jadi, selain harus menyiapkan dan memberi penjelasan tentang obat yang diberikan, apoteker juga harus mengontrol kalau-kalau terjadi kontraindikasi pada pasien. Walaupun pada akhirnya harus kembali pada keputusan dokter, tapi seorang apoteker RS bisa memberikan rekomendasi obat jika dilihat obat tersebut tidak efektif atau memiliki efek samping yang membahayakan pasien.

Idealnya, sih, begitu…

Sayangnya, tau sendiri, dong, pasien di RS itu berapa banyak. Belum lagi yang rawat jalan. Sementara tenaga apotekernya terbatas. Ditambah lagi RS di Jepang memiliki hierarki dalam penggunaan elevator, pasien>dokter>suster baru terakhir apoteker. Sehingga sehari-hari mereka lebih banyak menggunakan tangga. Padahal, RS di Jepang itu rata-rata terdiri dari minimal empat lantai atau lebih. Selain tidak ada waktu, gempor juga kalau tiap hari mesti bolak-balik terus dari apotek RS ke ruang rawat inap pasien.

Tapi, begitulah ciri khas dorama Jepang. Seperti Your Home is My Business di atas, tokoh utamanya biasanya memiliki karakter yang unik dan selalu berusaha untuk melakukan hal yang ideal. Begitu juga dengan Aoi Midori. Dia berusaha dengan sepenuh hati memperhatikan pasien. Bahkan lebih perhatian daripada dokter. Padahal dia tau, kalau pada akhirnya pasien tetap akan lebih berterima kasih kepada dokter.

Dan seperti kita ketahui bersama, sesuatu yang ideal itu bisa dibilang tidak exist di dunia nyata. Karena keterbatasan sumber daya dan waktu juga, kan… Karena itulah, Aoi sering disebelin sama rekan kerjanya. Sebelnya lebih karena bikin nambah-nambah kerjaan mereka.

Tapi (lagi-lagi) seperti tipikal dorama Jepang, sesebel-sebelnya orang di sekeliling tokoh utama, jaraaaang banget yang sampai dengki dan berusaha mencelakakan si tokoh utama. Kalau pun ada yang marah pada Aoi, marahnya masuk akal untuk realita yang tidak ideal.

Dan dorama ini juga bikin saya berkaca-kaca terutama untuk kisah-kisah si pasien. Juga dengan bagaimana Aoi berusaha sekuat tenaga agar pasien dapat kembali sehat dengan obat-obat yang diberikan. Ditambah lagi, kisah hidup masing-masing apoteker yang berada di sekitar Aoi.

Seperti biasa, dorama itu mah padat, ya, ceritanya… šŸ˜†


Dorama mengenai pekerjaan seperti ketiga contoh di atas, menurut saya cocok ditonton saat sedang tidak semangat bekerja. Yah… bisa jadi pengingat kembali, bahwa kita menghabiskan hampir separuh hidup untuk bekerja. Jadi ruginya double kalau dijalani dengan setengah hati. *ngomong pada diri sendiri*

Selain itu, dari dorama bertemakan pekerjaan tersebut juga bikin saya jadi sadar, kalau pun tidak diberikan privilege untuk melakukan pekerjaan yang disukai, maka belajarlah untuk menyukai pekerjaan yang dimiliki. Dari tokoh-tokoh (yang biasanya) unik pada dorama-dorama bertema pekerjaan tersebut, kita juga bisa belajar bahwa ternyata pekerjaan bisa bermakna lebih dari sekadar mencari uang, jika kita sendiri yang menjadikannya bermakna.

*eaa udah cukup ‘dalem’, belum?*

*laut, kali ah, dalem šŸ˜*

Baiklah… sampai di sini dulu post Doramatalk kali ini. Mampir juga ke tulisannya Eya di sini, ya…

Sampai jumpa di postingan berikutnya~šŸ˜˜

Penulis:

To many special things to talk about... =p

8 tanggapan untuk “(Doramatalk Ep.4) Pekerjaan dalam Dorama

  1. Hichaaa mau sekilas info dulu, Pretty Proofreader sama Unnatural ada di WeTV, bisa ditonton gratis tapi ada iklan dulu di depan. Terus jangan kaget kalau lihat judulnya pada di-translate jadi Bahasa Indonesia šŸ˜

    Aku mau nonton Unsung Cinderella dari kapan yaa belum jadi-jadi, malah kemarin baru beres nonton Radiation House yang unik juga nyeritain teknisi radiografer. Yang dua lainnya juga aku belum nonton, kok unik amat temanya yaa agen penjual rumah sama PNS wkwkwk.

    Btw memang yaa tipe-tipe dorama yang temanya kerjaan tuh, bikin kita jadi banyak tahu karakter orang-orang yaa… Soalnya di tiap episode-nya pasti mereka ketemu orang-orang yang karakternya beda, jadi penanganannya juga mau ga mau harus beda-beda juga.

    Terus setuju banget soal orang-orang yang sebel sama karakter utama tapi ga pernah sampai yang benci. Malah kadang yang tadinya saingan tuh pasti ada momen di mana mereka harus kerja sama terus jadi saling respek. Makanya nonton dorama tuh pasti banyakan bikin heartwarming ga siih šŸ˜„

    1. Wah… kabar baik, nih… sayangnya aku udah nonton duluan versi ilegalnya šŸ™ˆ
      Iya, Radiation House ini juga unik, ya, ceritanya. Masih sempat-sempatnya masukin cinta monyet jaman kecilnya kedua tokoh utama pula. Tapi, tetap ga mengurangi esensi tema utamanya, sih…

      Yang agen penjual rumah ini, malah udah ada season duanya. Cuma ya itu, ga tau deh bakal ditayangkan legal di Indonesia atau nggak. Heuheu.

      Iya, nih… kayaknya hampir ga pernah ketemu peran antagonis yang pure jahatnya. Biasanya masih punya sisi baik manusiawi gitu, kan… ā˜ŗ

  2. Wahh ketiga film yang disebutkan diatas baru semua sih buatku.
    Jujur paling penasaran sama yang Unsung Cinderella. Karena berhubungan sama pasien. Lagi demen sama film2 yang berbau kesehatan soalnya.. Mungkin efek nonton serial Good Doctor di netflix. Kalau mau nonton itu dimana ya mba??

    Betewe, bulan agustusku kemarin hectic juga. Hahha. Malah curcoll.. šŸ˜…šŸ˜…šŸ˜…

    1. Unsung Cinderella bisa ditonton di Viu, mas Bayu. Good Doctor versi Jepang dulu kayaknya ada juga di Netflix. Tapi ini kok ga nemu lagi, ya… :S

      Wah, pantes jadi jarang beredar di IG juga. Ada apa dengan Agustus, ya? Apakah Agustus itu bulan hectic se-Indonesia? XD

    1. Untuk yang No.1 dan 2 aku belum nemu yang legal, mba…
      tapi untuk yang No.3 bisa ditonton di Viu.
      Oh iya, akhir-akhir ini di WeTV juga mulai ada dorama, mba… Sama di Waku-Waku dan Gem Asia. Tapi yang dua ini kayaknya TV cable apa, ya? šŸ˜

Tinggalkan komentar