Diposkan pada Japan and Japanese, MindTalk

(Doramatalk Ep.3) Dorama yang Berpengaruh pada Hidup

Hai, hai, kembali lagi ke Doramatalk. Yay!

Alhamdulillah, ya, bisa lanjut sampai ke episode tiga. 😻

Kali ini saya dan Eya akan ngomongin tentang dorama yang mempengaruhi hidup. Terdengar ‘deep’ atau malah terdengar ‘lebay’? Wkwkwk.

Tapi, tontonan dan perubahan pada seseorang, terutama perubahan attitude, sudah menjadi tema penelitian sejak zaman perang dunia ke dua, lho… Meskipun, setelah saya coba ulik-ulik lagi di Google, hasilnya beragam, bergantung pada latar belakang obyek penelitiannya.

Eniwei, back to Doramatalk, buat saya pribadi, beberapa dorama cukup punya pengaruh besar dalam hidup. Mulai dari jadi menemukan hobi baru, sampai mengubah mindset, baik tentang kehidupan maupun tentang diri sendiri.

Di sini saya akan ceritakan tiga di antaranya.

  • One Litre of Tears/Ichi Rittoru no Namida (2005)

Bisa dibilang, perkenalan lebih mendalam saya dengan dorama, sampai ke titik suka seperti saat ini, dimulai dari dorama yang satu ini. Waktu itu nontonnya dapet download dari anak kampus. *jangan ditiru 🙈*

Dorama yang ditayangkan tahun 2005 ini, diambil dari kisah nyata tentang gadis remaja yang terkena penyakit Spinocerebellar Degenaration Disease atau bisa disebut juga sebagai Ataxia. Penyakit ini membuat penderitanya kehilangan kemampuan saraf motorik untuk menggerakkan otot-ototnya. Sampai saat ini belum ada obatnya dan beresiko kematian, terutama karena menurunnya kualitas hidup penderitanya.

Di doramanya sendiri, Aya Ikeuchi diceritakan sebagai siswi kelas 1 SMA yang aktif di klub basket sekolahnya. Kehidupannya berubah, saat pelan-pelan dia tidak bisa mengontrol anggota tubuhnya sendiri. Perkembangan penyakitnya cukup cepat. Dari awalnya tidak bisa bergerak secara refleks, sampai harus sekolah menggunakan kursi roda, kemudian harus berhenti sekolah dan tinggal di rumah sakit, sampai akhirnya meninggal dunia 10 tahun kemudian di usianya yang baru 25 tahun.

Karena dorama ini saya jadi jatuh cinta dengan dorama. Jatuh cinta pada ceritanya yang sederhana, tapi bermakna. Pada cerita yang realistis, tapi tetap mengedepankan kemanusiaan dan kekeluargaan.

Di sini diceritakan bagaimana masalah salah satu orang anggota keluarga, ternyata bisa berpengaruh pada anggota keluarga lainnya. Mulai dari merasa malu, tapi kemudian tetap berusaha berbesar hati dan berlapang dada. Karena biar bagaimana pun, pada akhirnya hanya keluarga tempat kita bisa pulang dan menerima kita apa adanya.

Dari dorama ini, petualangan saya di dunia drama Jepang pun dimulai dan masih terus berlangsung sampai saat ini. Nggak tau juga akan sampai kapan, dan nggak apa-apa juga kalau suatu saat berakhir entah karena alasan apa. Bebas lah… 😁

Yang jelas, sudah banyak pelajaran kehidupan yang saya ambil dari masalah-masalah yang dihadapi tokoh di dalamnya, tanpa saya harus mengalaminya sendiri. 😀

  • Gegege no Nyobo (2010)

Kalau One Litre of Tears adalah dorama yang membuat saya ingin berkenalan lebih dalam dengan drama Jepang, drama pagi NHK berdurasi 15 menit per episode dengan jumlah episode ada 156 episode ini, yang membuat saya bertekad untuk melanjutkan sekolah ke Jepang.

Kenapa bisa gitu? Hmm… mungkin selain dengan kesederhanaan ceritanya, juga karena sikap pantang menyerah para tokohnya yang membuat saya jatuh cinta. Saat itu saya pikir, saya bisa belajar lebih banyak lagi di Jepang.

Kenyataannya, memang belajar banyak. Banyak banget malah. Nggak cuma tentang akademis, tapi juga tentang kehidupan. Bisa dibilang pelajaran hidup yang saya peroleh sebelumnya jadi tidak berasa apa-apa. Huehehe.

Asadora ini bercerita tentang Murai Shigeru, seorang mangaka (komikus) spesialis cerita horor, dari sudut pandang Fumie, istrinya. Untuk ceritanya sendiri, sudah pernah saya tuliskan di blogpost di bawah ini. Usia blogpost ini hampir sepuluh tahun, lho… Udah lewat masa wajib belajar sembilan tahun. 🤣🤣

Karena dorama ini juga diambil dari kisah nyata dengan penulisnya sendiri sudah berusia lanjut, maka tentu saja ceritanya mungkin kurang relate dengan zaman sekarang. Apalagi dengan tipikal laki-laki Jepang generasi dulu yang cenderung kaku, sangat fokus pada pekerjaan, dan tidak bisa mengungkapkan perasaan. Tapi, sikap pantang menyerah pasangan ini sepertinya bisa jadi contoh yang tak lekang oleh zaman.

Saat dorama ini masih ongoing, saya pernah ikut membantu jadi timer buat english subtitle-nya untuk beberapa episode. Karena terlibat langsung itu pula lah yang membuat keinginan melanjutkan sekolah ke Jepang jadi semakin menggebu. Apalagi mbak Yani yang jadi subber-nya juga pernah sekolah di Jepang. Saat itu, rasanya sungguh uwow bisa berkomunikasi langsung dengan yang sudah lama berkecimpung di dunia per-Jepang-an.

Saat itu, doang, sih… Sekarang (sebelum koronces menyerang maksudnya), mah, karena ke Jepang sudah lebih gampang dan murah, terutama buat jadi turis, plus sudah merasakan ‘jungkir-balik’-nya kehidupan di sana, jadi terasa biasa saja. Hehehehe.

Oiya, sedikit OOT dan TMI, mbak Yani ini teman seangkatan NicSap di SMA yang tulisan di blognya pernah viral karena membahas NicSap, lho… wkwkwk.

  • Tonbi (2013)

Beda dengan dua dorama sebelumnya, dorama yang ini bukan dari kisah nyata. Saya juga menontonnya setelah saya tiba di Jepang.

Bercerita tentang kisah Yasuo sebagai single father yang harus membesarkan putranya seorang diri, karena ditinggal sang istri yang meninggal karena kecelakaan. Cerita hubungan bapak dan anak laki-laki kayak gini, jarang banget nggak bagus. Saya yang awalnya rada underestimated karena memang sebenarnya saat itu lagi dalam fase nggak pengen ngapa-ngapain, malah mendapatkan percikan semangat dari dorama ini.

Yang membuat cerita dorama ini unik karena Yasuo sendiri sudah menjadi yatim-piatu sejak kecil. Begitu juga dengan sang istri. Jadi, dia tidak punya bayangan bagaimana cara mendidik dan membesarkan seorang anak. Maklum, dia sendiri besar di jalanan. Jadi caranya pun rada ‘preman’. Tapi, parenting style-nya itu pula yang bikin ceritanya seru. Tagline di posternya aja “A 30-year story of my clumsy father who loved me as much as he could”. Kocak, sekaligus menyentuh.

Saat menonton dorama ini, saya lagi di fase bawah dalam hidup. Gagal ujian masuk untuk yang kedua kalinya. Di negeri orang, jauh dari keluarga pula. Lumayan bikin terasa ngenes. Apalagi terancam harus pulang tanpa sempat mencicipi masa-masa perkuliahan yang sebenarnya.

Tapi, menonton dorama ini lumayan bikin terhibur. Melihat bagaimana cara unik Yasuo dalam mendidik dan menyayangi anaknya, dari sejak ditinggal istri, sampai melepaskan Akira untuk melanjutkan sekolah di Tokyo, sedikit banyak mengingatkan kembali pada kasih sayang orang tua.

Apalagi dengan status anak rantau gini, kan… sering berasa kayak sendirian aja. Padahal sebenarnya ada doa orang tua yang selalu menyertai. *mulai mellow*

Pokoknya, dari dorama ini saya seperti diingatkan buat tetap berusaha selagi masih diberi kesempatan untuk berusaha. Alhamdulillah, di ujian yang ketiga akhirnya lulus juga.


Kalau dilihat-lihat dari dorama di atas, saya paling gampang terpengaruh dengan dorama keluarga dan perjuangan hidup. Yah, mau gimana lagi, kalau dipikir-pikir juga, senyebelin-nyebelinnya kita, sejungkir-balik struggling-nya kita di luaran, toh keluarga juga tempat pulang ternyaman dan tempat me-recharge semangat untuk bisa kembali bergelut dengan kehidupan lagi.

Menulis postingan ini bikin saya jadi pengen menonton ketiga dorama ini lagi. 🥰

Oh, iya, simak juga tulisan Eya di sini.

Sampai jumpa di postingan berikutnya~ 😘

Penulis:

To many special things to talk about... =p

19 tanggapan untuk “(Doramatalk Ep.3) Dorama yang Berpengaruh pada Hidup

  1. One litre of tears ini sempet hits bgd pas kita awal2 kuliah ga sih Cha? Tp ca sampe skrng blm pernah nonton 😅 Dr dulu jarang bs nonton film yg banyak sedih2nya gitu.
    Klo dua lg, blm pernh nonton jg, malah baru denger. Hehehe.. satu2nya dorama yg ca pernh nonton sampe habis cm Itazurana Kiss. Itu pu krna nonton bareng pas palajaran bahasa jepang 😆😁

    1. Bener, ca… tapi believe it or not, hicha nontonnya ga sampe nangis, lho… tersentuh sih, apalagi dengan cerita keluarganya. Cuma ga tau kenapa waktu itu ga sampe mengalirkan air mata 😆😆

      Gapapa, ca… ga nonton ga dosa, kok… hihihi.

      Pelajaran bahasa Jepang waktu SMA, ca? Versi ori-nya ya berarti? Beberapa tahun yang lalu ada versi re-make juga soalnya,

  2. Hichaa nyampe juga kita di episode 3 yaaa 😭

    Aku tiap lihat 1 Litre of Tears tuh masih suka kebayang lho sedihnyaa :(( Ga ada dorama yang sebikin nangis itu selain 1 Litre of Tears deh kayaknya hahaha kalau kata temenku judulnya harusnya 1 Galon of Tears soalnya kayaknya air mata yang tumpah pas nonton sampai segalon 😂😂

    Tonbi aku pernah nonton astaga tapi cuma 1-2 episode, kenapa yaa aku ga lanjutin kayaknya lagi kumat bosen nonton makanya berhenti. Nanti kayaknya pengin nyoba lagi deh nonton (kalau nemu wkwkwk) 🙈

    Yang satu lagi malah baru denger, aku jarang banget nonton Asadora sih soanya heuu~

    Dorama keluarga tuh memang selalu paling banyak ngasih pelajaran hidup ga siih? Kayak banyak banget pelajaran sama bahan merenung tapi tetep realistis kalau dipikir-pikir 😆

    1. Nah, aku malah ga sampe nangis nontonnya. Tapi, emang bukan tipe yang nangis karena tontonan gitu, sih… hahaha.
      Cuma dengan bertambahnya usia, akhir-akhir ini mulai berkaca-kaca, dong… wkwkwk.

      Padahal yang main Satoh Takeru, lho, Eya… *mulai meracuni 🤣*

      Asadora ini emang underrated banget. Mungkin karena episode-nya banyak kali, ya… Di Indonesia asadora yang terkenal kayaknya cuma Oshin. Setelah itu belum pernah denger ada yang ditayangkan di sini lagi.

      Benerrr… apalagi karena kita sendiri juga berasal dari sebuah keluarga gitu, kan… jadi berasa relatable aja nontonnya 😆

  3. Wah, Tonbi sepertinya menarik…

    Anyway, ak juga suka banget sm 1 litter of tears, apalagi dlu nonton pas jaman SMA dirumah temen dari jam pulang sekolah sampe malem. Nangis2 bareng. Ya ampun, jd kangen masa2 itu…

    1. Cocok ya judulnya 1 litre of tears. wkwkwk
      Kayaknya kalau dikumpulin air mata yang nonton bakal lebih dari satu liter lah… 🤣

  4. Wah, ketemu sama yang demen dorama!
    One litre of Tears dulu jadi racun anak-anak untuk nonton Dorama. So far, dorama favorit tetep H2 dan Nobuta Wo Produce, sih hehhe

    1. Wah… demen dorama juga kah?

      Saya juga suka dengan Nobuta wo Produce. Kalau H2 udah nonton, sih… tapi kayaknya waktu itu nontonnya ga fokus, jadi kurang dapet feel-nya. Hehehe.

  5. Pernah dengar One Litre Tears. Tapi dimana ya. Dan seingetku ini emang bagus karena banyak pesan yang terkandung didalamnya.. *asik bahasanya 🤣🤣😂
    Jadi pngen nonton juga. Pengen ngerasain mata banjir lagi. Wkwkw

    Sayang, di netflix dorama tuh hitungan jari ya Mba Hicha. Padahal series original mereka kaya Kantaro bagus banget.. lucu 😆😁 haha, aku kalau nginget2 serial itu hawanya pengen guling2 😅

    1. Iya, mas Bayu… terus di Netflix juga kok kayaknya bukan yg box office ya yang masuk. Jadi bingung, deh… 😅

  6. huwaaa aku diingetin dong sama mba hicha tentang dorama one litre of tears ini, dulu pas awal awal nonton aku sukkaaaa. seingetku sedih sedih gitu.
    kalau diminta njabarin lagi detailnya jelas lupa 😀

    cerita soal drama yang mempengaruhi kehidupan memang bisa bikin menyentuh ya, huuu jadi sedih juga nontonya
    aku penasaran sama Tonbi nih mbak, cerita keluarga gitu menyentuhh

    1. Iya, mba… sayang banget nggak ada di Netflix. Emang dorama juga terbatas banget sih di layanan streaming legal. Heuheu.

      1. di viu ada tapi juga ga banyak kayaknya mbak drama dramanya
        aku kemarin cek cek drama lama gitu, ehhh yg ada malah kayak beach boys, trus la la ala love song alias long vacation, trus lupa lagi

      2. bener, mba, aku lihat di viu kayaknya ga nyampe 20an, itu juga banyak yang jadul banget.
        manalah episodenya kan dikit, tuh… sebulan kelar nonton semua keknya. wkwk

    1. Halo, salam kenal ya, mba… 🙂

      Saya download-mendownload serial dilakuin terakhir kayaknya lebih dari 10 tahun yang lalu, mba… Sekarang2 ini lebih suka streaming. Biar ga menuh2in harddisk. Hehehe.

  7. 15 menit per eps udah pas, tapi eps nya 156 hahahahaha. Tapi menarik sih mba, ceritanya. Aku juga suka kok tema2 keluarga gini, Krn biasanya bisa diambil hikmah utk kehidupan kita juga yaa. Ga yg terlalu gimana2 banget.

    Pelan2 ah mau mulai suka Ama dorama juga :D. Yg tema2 angetin hati gini cocok ditonton kalo abis nonton drakor bertema thriller ato yg sadis. Jadi obat adem doramanya 😀

    1. Sayangnya belum ada asadora yg ditayangkan legal saat ini. heuheu.
      Kayaknya cuma Oshin aja asadora yang ditayangin di TV, abis itu udah blas ga ada lagi. Apa karena episodenya banyak itu, ya? tapi per episode 15menit ini, harusnya ga beda2 amat sama beli lisensi drakor ya, kak… 😅

      oiya, drakor thriller yg recommended kak Fanny apa kak?

Tinggalkan komentar