Diposkan pada Japan and Japanese

(Doramatalk Ep.10) Perempuan dan Dorama

Halo, halo, kembali lagi di Doramatalk yang sudah absen sekali gegara diriku ini. Hayoo… pada cariin, ya? 😝*pede abis wkwk*

Berhubung di bulan Maret kemarin ada International Women’s Day, saya dan Eya akhirnya sepakat untuk membuat posting-an tentang perempuan dalam per-dorama-an. Entah itu karakter-karakter perempuan dalam dorama, atau perempuan-perempuan yang menjadikan sebuah dorama itu ada.

Yah… bebaskeun weh! 😁

Kalau saya sendiri memilih memasukkan perempuan-perempuan yang berkontribusi dalam dunia drama Jepang. Tak hanya aktris, tapi juga scriptwriter dan sutradara. Sedangkan Eya menuliskan tentang karakter-karakter perempuan hebat yang ada di dorama. Baca punya Eya DI SINI, ya…

Scriptwriter

Penulis skenario atau disebut juga screenplay writer, screenwriter, atau scenarist adalah orang yang menuliskan detil cerita dari sebuah tayangan. Tentu saja termasuk di antaranya dorama. Oleh mereka, ide cerita diolah lebih detail menjadi dialog, lengkap dengan angle kamera, kondisi, bahkan gerakan aktor-aktris dari tiap-tiap scene. Bisa dibilang, mereka seperti tiang-tiang kerangka dari sebuah bangunan film atau dorama.

Selama mengenal dorama, terutama untuk dorama-dorama yang tidak menjual ke-kawaii-an yang komikal, kebanyakan karakter dorama sangat realistis yang tidak ada 100% baik dan 100% buruk. Maka dari itu, sangat jarang kita melihat adegan di dorama dengan emosi yang meledak-ledak. Kebanyakan bermain di mata dan ekspresi yang subtle tapi ‘deep’ dan mengena.

Karenanya, seorang scriptwriter dorama seperti dituntut untuk dapat menuliskan script dengan dialog yang juga realistis dan bisa membuat emosi si aktor/aktris lebih β€˜keluar’ meski hanya dengan ekspresi yang tidak emosional.

Beberapa dorama yang berkesan bagi saya ternyata memiliki scriptwriter yang sama. Yaitu Satomi Oshima untuk dorama-dorama bertema keluarga dan being adult seperti 1 Litre of Tears, Nagi’s Long Vacation, dan yang terakhir If My Wife Becomes An Elementary Student; Juga Satoko Okudera untuk dorama-dorama bertema misteri seperti Ferris Wheel at Night, N no Tame Ni, Reverse, dan Saiai.

  • Oshima Satomi

Perempuan kelahiran 16 November 1977 ini adalah lulusan Waseda Univ. Fakultas Sastra. Karirnya dimulai dari menjuarai 16th Fuji TV Young Scenario Award dan namanya langsung meroket bersama suksesnya skenario dorama pertamanya, 1 Litre of Tears.

Yang saya sukai dari karya-karya Bu Oshima, selain alurnya yang mulus dan membuat jalan ceritanya tidak terasa meskipun pada konflik yang ‘halus’, juga karena scenes dan dialog/monolognya yang mengena di hati. Pokoknya bikin jadi merasa “Iya juga, ya… kok ga kepikiran, ya…”

Misalnya di 1 Litre of Tears, dorama tentang Ikeuchi Aya yang terkena penyakit degeneratif syaraf. Ada banyak dialog dan monolog yang instead of judulnya yang seliter air mata, malah bikin hati saya hangat.

Dialog Aya dan keluarganya, saat dia merasa bersalah karena jadi sering menyusahkan orang-orang di sekelilingnya, tapi kemudian dia sadar bahwa harusnya saat dia kesusahan kemudian ada yang menolong dia tidak meminta maaf, tapi mengucapkan terima kasih. Kalau secara literal dialog sebenarnya itu “It’s not ‘I’m sorry’ but I will cherish the word ‘Thank You’ from now on”. Yah, kurang-lebih sama-sama aja lah, ya… intinya kalau dibantu orang itu bukannya merasa ga enakan, tapi harusnya berterima kasih. Dialog ini terkait dengan budaya nggak enakan di Jepang juga, sih…

Atau di Nagi’s Long Vacation. Cerita tentang seorang perempuan yang seumur hidupnya nggak enakan (see, bukan cuma kamu yang nggak enakan, sebagian besar orang Jepang juga nggak enakan, kok… πŸ˜…), selalu membaca suasana (red: dalam bahasa Jepang disebut ‘membaca udara’). Makin lama makin jadi dimanfaatkan, bahkan oleh pacarnya sendiri. Hingga akhirnya dia memutuskan keluar dari pekerjaan, pindah rumah, membuang sebagian besar barang-barang, bahkan merusak HP dan memutuskan kontrak provider telepon genggamnya. Dia kemudian pergi ke tempat yang tak dikenali, me-reset hidupnya, dan menjadi dirinya sendiri.

Nagi’s Long Vacation (source)

Salah satu kata-kata Nagi yang cukup populer di kalangan penonton Jepang adalah “Air shouldn’t be read, but to be inhaled”, “Udara memang seharusnya tidak untuk dibaca, tapi dihirup”. Karena budaya ‘membaca udara’ dan nggak enakan ini memang tak jarang malah bikin kita sendiri yang jadi pihak tertekan.

Kalau mau ngecek karya-karya Bu Oshima yang lain bisa dilihat di sini.

  • Okudera Satoko

Kalau Bu Oshima jagoannya bikin skenario drama keluarga dan kisah-kisah ‘menjadi dewasa’, scriptwriter yang ini jagoannya bikin skenario drama misteri. Dorama-dorama karyanya juga memiliki alur yang mulus dan bikin yang menonton tidak terasa, tau-tau udah nonton banyak episode aja. Apalagi karena misteri, tentu saja jadi bikin penasaran di tiap episodenya.

Selain itu, dorama-dorama di mana Bu Okudera ikut ambil bagian, memiliki setting yang lebih ‘luas’. Jadi, kita bisa sekalian intip-intip suasana di Jepang. Seperti Shirakawa-go untuk Saiai, Pulau Shodoshima untuk N no Tame ni, dan Prefektur Ehime untuk Reverse.

Shirakawa-go di salah satu scene di Saiai
Kalau yang ini Stasiun Shimonada, di Ehime, salah satu scene di Reverse
Shodoshima di N no Tame ni.
Scene ini aslinya mengaduk-aduk perasaan, tapi kok ya bisa dibikin artistik gini. Ckckck.

Jadi lebih membuka wawasan bahwa Jepang itu tidak hanya gedung-gedung tinggi seperti di Tokyo ataupun kuil-kuil seperti di Kyoto. 😊


Sutradara

Beralih ke sutradara, suatu karya tontonan tidak akan jadi tanpa adanya arahan sutradara untuk tiap aspek produksinya. Sebagus apapun sebuah skenario, kalau eksekusinya jelek, akan menghasilkan tontonan yang jelek pula.

Sayangnya, sebagai negara dengan peringkat kesetaraan gender yang masih rendah, sulit sekali menemukan sutradara perempuan yang terkenal di Jepang. Mungkin karena untuk satu produksi, selama beberapa bulan harus hidup tidak teratur dan jarang pulang. Lingkungan kerja seperti itu tentu saja kurang friendly buat perempuan, apalagi yang sudah punya keluarga. Maklum, di Jepang jasa ART sangat mahal. Apalagi kalau sampai bermalam.

Setelah googling dari dorama-dorama yang saya suka, akhirnya ketemulah satu nama yaitu Tsukahara Ayuko.

Dengan arahannya lah dorama-dorama misteri dengan sentuhan sinematografi yang indah seperti N no Tame ni, Reverse, Unnatural, dan Saiai bisa dinikmati. Ya, ada arahan Bu Tsukahara di balik adegan-adegan dengan tempat-tempat indah di foto-foto di atas.


Aktris

Sebuah dorama juga tidak akan jadi kalau tidak ada pemerannya. Berbeda dengan stage play ala Jepang seperti kabuki atau Takarazuka Revue yang pemerannya hanya laki-laki saja atau perempuan saja, tayangan televisi umumnya sudah menampilkan aktris dan aktor sesuai kebutuhan cerita.

Aktris-aktris sendiri juga sudah banyak yang menjadi pemeran utama. Dan pada postingan kali ini saya mau cerita tentang aktris-aktris keren dari berbagai rentang usia. Dari 50’s, 40’s, sampai yang masih usia 10 tahun! πŸ˜†

  • Amami Yuki
Si Ibu cantik banget, walau sudah kepala 5 😍(source)

Perempuan berusia 54 tahun ini, terjun ke dunia akting melalui Takarazuka Revue di usia 19 tahun. Karena posturnya yang relatif tinggi untuk ukuran perempuan (171 cm) dan aktingnya yang mumpuni, dia mendapatkan peran utama laki-laki termuda sepanjang sejarah teater tersebut.

Bu Yuki saat masih di Takarazuka Revue. Karena masuk grup otokoyaku (male roles), penampilannya dibuat jadi cowok banget. Mana cakepnya ngalahin cowok beneran pula πŸ™ˆ (source)

Ibu Yuki bisa memerankan berbagai karakter dalam dorama-doramanya. Mulai dari psikiater yang galau karena di usianya yang menjelang 40 belum menikah di Around 40, pemimpin tim investigasi kriminal yang cool di BOSS, chef belagu yang terpaksa jadi koki makan siang di SD di Chef: Three-star School Lunch, sampai ke istri yang lembut (tapi… tapi… *spoiler alert 😝*) di Detektif Galileo episode Salvation of Saint.

Semua perannya terasa cocok dengan ekspresi yang tidak berlebihan dan artikulasi tiap dialog yang diucapkan juga terasa enak didengar.

  • Yonekura Ryoko

Untuk geng usia 40an, ada Yonekura Ryoko yang bisa dibilang ‘badass bitch‘ aktris di Jepang. Independent dan tau apa yang dia mau. Bukan tipe National Sweetheart. Malah kayaknya banyak yang nggak suka, karena berbeda sendiri. Apalagi di Jepang yang secara society masih mengedepankan kolektivisme daripada individualisme meskipun anggota masyarakatnya kebanyakan individualis πŸ˜… . Yang beda sendiri itu, dianggap mengganggu harmoni yang ada di society-nya.

Yonekura Ryoko (source)

Tante Yonekura sendiri kiprahnya di dunia akting sudah tidak perlu diragukan lagi. Saya pribadi melihatnya punya kesamaan dengan KimuTaku, Johnny Depp, dan Angelina Jolie. Mau apapun perannya, dimainkan dengan bagus, tapi tetap ada aura khas pribadinya. Pokoknya mau jadi dokter bedah jagoan tapi lone-wolf (Doctor-X), mantan pengacara yang dianggap orang gagal (Legal-V), sampai jurnalis pencari kebenaran (The Journalist), semuannya dimainkan dengan khas ‘Yonekura Ryoko’.

Oh iya, semua dorama tante Yonekura yang saya sebutkan di atas bisa disaksikan di Netflix.

  • Watanabe Anne

Sejujurnya, untuk usia 20an dan 30an saya agak sulit memilih. Lagi masa-masa produktif, jadi banyak banget aktris-aktris yang bagus. Tapi, akhirnya saya memilih Anne untuk rentang usia 30an.

Anne (source)

Mungkin agak bias. Bukan karena saya nge-fans, malah dulu saya merasa mbak Anne ini wajahnya nggak sesuai standard artis Jepang. Belum lagi, di awal-awal saya lihat dia beradu akting dengan Miura Haruma di Samurai High School, aktingnya masih kaku banget. Sampai sekarang pun, menurut saya aktingnya bukan yang ‘wah’ banget. Malah menurut saya masih jauh lebih bagus akting Kitagawa Keiko atau Ishihara Satomi yang juga seumuran dengannya.

Tapi, tetap saya pilih karena kisah hidupnya. πŸ˜€βœŒ

Kalau teman-teman tau Layangan Putus, maka cerita hidup Anne adalah kisah Layangan Putus versi Jepang. Ya, Anne juga diselingkuhi oleh suaminya saat dia hamil.

Yang bikin saya kagum, tidak sekali pun Anne muncul di media sosial ataupun interview dengan menjelek-jelekkan sang ex-suami. Jangankan menjelek-jelekkan, ngomong tentang kelakuan ex-suaminya aja dia nggak pernah.

Setelah bercerai dan kembali aktif di dunia entertainment, dia aktif membuat video kegiatan sehari-hari, mulai dari memasak, cover lagu, menggambar, sampai memotong kayu bakar di channel Youtube-nya. Bingung juga saya, kenapa nggak pakai penghangat listrik aja, ya? πŸ˜…. Anne juga seorang avid reader. Dia bisa membaca hingga 120 buku per tahun.

Oh iya, jangan lupa, mbak Anne ini juga masih mengurus tiga anak dan dua anjingnya. Tentu saja sambil mencari uang. Maklum, biaya ART dan nanny di Jepang per bulan itu sama kayak gaji manager di Jakarta πŸ˜‚.

Tambahan lagi, saat orang-orang sekitarnya diwawancarai, mereka semua bilang kalau Anne tidak pernah mengeluh dan sangat fokus pada pengembangan dirinya. Terbukti dari dia mulai belajar bahasa Prancis dan berencana suatu saat pindah ke sana bersama ketiga anaknya.

Video Anne belajar membuat Terrarium

Di platform legal, akting Anne bisa disaksikan di Japan Sinks: People of Hope dan Hanasaki Mai Speaks Out di Netflix.

  • Tsuchiya Tao

Untuk usia 20an, saya sempat galau akan memasukkan yang mana dari tiga nama. Tsuchiya Tao, Kamishiraishi Mone, atau Sugisaki Hana. Tapi, akhirnya saya memilih yang pertama, selain karena aktingnya, juga karena kegiatannya di luar dunia akting.

Pertama kali suka Tao, pas nonton Limit. Serial tentang lima orang yang selamat dari kecelakaan bus yang jatuh ke dalam jurang. Di situ dia memainkan peran ABG yang tangguh dan logis dengan sangat baik.

Lanjut di asadora Mare. Awalnya nonton gara-gara Yamazaki Kento, eh, kena juga sama peran Tao sebagai Mare. Selayaknya asadora, kisah perjuangan Mare yang naik-turun, dan Mare-nya sendiri juga nggak yang selalu baik hati, sangat realistis. Ditambah lagi, ternyata Tao nggak hanya memerankan Mare, tapi juga ikut serta dalam pembuatan OSTnya. Yup, lirik lagu pembukanya ditulis olehnya.

Tidak cuma itu, meskipun cukup produktif dengan 2-3 judul dorama, barengan dengan 2-3 judul film juga, Tao juga serius dengan pendidikannya. Meskipun beberapa kali cuti, akhirnya dia bisa menyelesaikan kuliahnya.

Saat ini, tak hanya menjadi aktris, Tao juga membuat agensi sendiri dan menjadi PresDir di sana. Ckckck, kurang sibuk atau gimana, Bu?

Dia juga rajin update di akun IGnya. Mana tiap postingan caption-nya juga panjang-panjang, dengan pilihan kata yang beneran kayak ditulis dari hati. Dahlah, makin jadi shipper KenTao aja saya, kan… πŸ˜†

Akankah kapal KenTao berlayar jadi keluarga bahagia IRL? πŸ˜† (source)
  • Maida Nono

Nama terakhir ini masih fresh banget. Saya masukin untuk kategori 10’s dan memang usianya baru saja 10 tahun. Baru tahun ini juga jadi lead role di dorama prime time. Sebelumnya juga baru dua kali muncul dan keduanya di asadora, jadi peran masa kecil si lead role.

Maida Nono (source)

Meskipun masih muda banget, saya kagum dengan akting Nono-chan di dorama Tsuma, Shogakusei ni Naru (If My Wife Becomes An Elementary School Student).

Tsuma, Shogakusei ni Naru (source)

Dorama keluarga ini berkisah tentang Niijima Keisuke (Shinichi Tsutsumi) dan putrinya Mai (Makita Aju) yang ditinggal Takae akibat kecelakaan. Selama sepuluh tahun hidup mereka bagai zombie, hingga suatu hari muncul seorang anak SD yang mengaku reinkarnasi Takae.

Awalnya saya pikir dorama ini bakalan creepy, karena pasangan suami-istri yang beda usianya 47 tahun. Tapi, karena ini genre-nya family drama plus saya baru kehilangan ibu saya juga, menonton dorama yang baru kelar tayang minggu lalu ini, sukses bikin mata berkaca-kaca.

Tentu saja salah satu faktor pendukung lainnya karena akting Nono-chan yang bagus bangetttt. Bisaan gitu pas jadi Takae, gesture, mimik, cara bicaranya kok ya pas banget sama Takae beneran (yang diperankan oleh Ishida Yuriko). Tidak terasa dibuat-buat. Saat berperan sebagai Takae, beneran berasa kayak ngomong sama ibu-ibu Jepang yang tangguh, serba bisa, dan bagai pusat tata surya rumah keluarga Niijima.

Begitu juga saat jadi Shiraishi Marika. Seorang anak perempuan timid dan pemalu dari single mother yang punya banyak luka masa lalu.

Menurut saya, bisa memainkan dua peran dalam satu serial itu aja udah keren. Apalagi buat anak 10 tahun dan dimainkan dengan bagus. Aktingnya tidak terasa seperti akting. Bahkan hanya dari tatapan matanya saja kita bisa membedakan Nono-chan sedang jadi Takae atau Marika. Emang udah bakat akting dari lahir kayaknya. πŸ‘πŸ‘

Dari foto ini aja, kayaknya udah ketebak mana Takae dan mana Marika-chan, bukan?

Waks… sudah panjang juga nih blogpost. πŸ˜…

Kalau teman-teman sendiri, punya tokoh perempuan yang dikagumi yang berhubungan dengan tontonan kah? Kuy, cerita di kolom komen. πŸ˜‰

Sampai jumpa di postingan berikutnya~~~

Penulis:

To many special things to talk about... =p

13 tanggapan untuk “(Doramatalk Ep.10) Perempuan dan Dorama

  1. Aaaa jadi inget pas kita ngebahas Bu Okudera, mana karakter yang dia tulis juga development-nya bagus-bagus (walaupun beberapa memang udah dari novel yaa). Tapi si ibu bakatnya di drama misteri yaa, romcomnya pada kurang kalau dibanding misterinya 😁

    Setuju banget nih, penulis script itu penting banget karena mereka yang merancang plot dan nulis karakter, ditambah sutradara yang ngarahin adegan atau akting. Kalau salah satu kurang pasti ga akan jadi drama yang bagus ☺

    Aku penasaran sama Tsuma Shogakusei ni Naru juga, dan iyaa sekilas baca premis aku pikir creepy banget tapi banyak yang muji, terutama aktingnya si adek. Masih 10 tahun astaga tapi ekspresi jadi ibu-ibunya keren siih..

    Anne tuh bener-bener perempuan hebat sih, ngurus 3 anak dan 2 anjing tapi masih produktif ini-itu, suka banget juga nontonin vlognya, hangat aja gituu πŸ₯Ί

    Wkwkwk KenTao apakah akan berlayar… tapi aku penasaran gimana chemistry Tao sama Kouhei nanti di Yangotonaki Ichizoku 😁

    1. Iya, mungkin emang tangannya lebih ampuh di drama misteri, ya… πŸ˜†

      Sayangnya sutradara perempuan di Jepang masih sedikit. Di Indonesia sendiri kayaknya scriptwriter dan sutradara perempuan terutama untuk perfilman udah banyak yang bagus, ya… kayak Gina S Noer. Semoga ada yang mau beralih ke sinetron, biar kalangan menengah ke bawah yg akses ke bioskopnya kurang, bisa mendapatkan tontonan bermutu di TV.

      Aku juga awalnya creepy, tapi pas nonton yah…. tipikal doramanya bu Oshima yang bikin hangat lah… 😁

      Dan bisa gitu ya, Anne ga ngomongin soal masalahnya sama sekali. Malah jadi keliatan elegan gitu. πŸ‘πŸ‘

      Mari kita lihat sebentar lagi… XD
      Pas di 8-year Engagement, ttp dapet sih chemistry sm Satoh Takeru-nya. Sama Kouhei yang gap-nya lebih banyak bakal gimana, ya… πŸ˜†
      Aku mau nonton Aishu Cinderellah yg dia sama Tanaka Kei (beda 11 tahun! wkwk), tapi liat posternya asa creepy wkwk

  2. Nah iya niih sementara sinetron yang lumayan digarapnya masih pada masuk ke situs streaming, belum ke tv. Tapi itu juga temanya masih banyak yang itu-itu aja aku liat sih πŸ€”

    Tao tuh 95 kan yaa, sama Kouhei beda 8 tahun wkwk ga sabar soalnya di bts aja mereka udah lucu chemistry-nya πŸ™ˆπŸ™ˆ Ih samaa aku juga takut liat posternya Aishuu Cinderella wkwk mana sempet rame dibahas juga kan di moviemenfess dulu πŸ˜‚

  3. Gilaaaa ih, itu aktris amami Yuki udh 50 kenapa ga kliataaaan 😍😍😍😍. Kayak awal 30 itu mah. Duuuuh aku jadi termotivasi pengen seawet muda ituuu 🀣🀣🀣.

    Udh lama ga nonton serial dan film Jepang. Aku jadi pengen nonton salah satu dari rekomendasi di atas Cha. Iya sih, enaknya nonton drama Jepang Krn berasa real aja. Enak ditonton kalo ga mau mumet mikir πŸ˜„.

    Kalo aktris kesayangan, aku malah bingung. Ada bbrp yg aku kagumi, tapi jujur ga inget nama. Cuma inget wajahnya hahahaha. Kayak cewe yg berperan jadi penari telanjang di Tokyo midnight diner. Aku suka bgt Ama dia. Wajahnya ga cantik tapi unik dan ga bosen dipandang. Ntah siapa lagi nama aslinya 🀣.

    1. Penyebab utamanya cuma dua kayaknya, kak. Genetik dan perawatan 🀣🀣

      Apalagi kalau berhubungan dengan makanan ya, kak? πŸ˜†

      Oh iya, cerita hidupnya di Midnight Diner juga unik, kan, ya… Aku juga ga tau namanya, sih, tapi wkwk

  4. Kurang familiar dengan dorama, jadi nggak pernah dengar nama-nama yg tertulis di atas πŸ˜‚ jadi sebetulnya dibanding K-drama, dorama ini gimana ya? Kenapa selama ini yg lebih popular kdramanya πŸ€”

    1. Sulit sih kalau mau dibandingkan. Tergantung selera soalnya. Buat saya ya lebih menarik dorama atau J-Drama, tapi buat yang lain ya belum tentu juga. πŸ™‚

      Kalau kenapa lebih populer kdrama, kalau menurut saya alasan utamanya karena JDrama aksesnya dibatasi (oleh production house-nya sendiri) dan promonya juga cuma fokus untuk penonton dalam negeri Jepang aja.

  5. Bagus ceritanya tentang artis yang diselingkuhi tapi diam saja. Disini sudah langsung jadi buku dan film πŸ˜…

    Tapi memang cewek jepang itu setrong secara mental dan fisik. Mereka nggak manja karena dididiknya juga begitu ya

    1. Kayaknya kecil kemungkinan dijadiin buku atau film. Masyarakatnya masih menjaga privasi banget soalnya.

      Kenalan saya cewek Jepang ga banyak, sih… dan dari yg saya kenal juga rata2 emang pada mandiri. Paling manjanya sekadar ga suka tempat panas atau jalan jauh. Tapi untuk keperluan diri sendiri ya diusahakan sendiri. Kalau pun ada yang bercita-cita jadi nikah sama orang berpenghasilan tinggi biar ga perlu kerja di luar, pekerjaan rumtang ttp bakal dikerjain sendiri. πŸ˜€

Tinggalkan komentar