Happy New Year, all!! πππ
*telat setengah bulan, woy! π*
How was 2022? Did you safely arrived in 2023, too?
Yes, yang paling penting itu selamat dan sehat. Walau sudah dibikin jungkir balik sama hidup di tahun 2022 kemarin. Nggak melulu susah, sedih, kena mental terus, kan, ya? Coba diingat-ingat lagi, masa nggak ada minimal 1-2 hal yang bikin kamu tersenyum senang? Kalaupun memang apes (bukan apes, primata dalam bahasa Inggris, tapi apes a.k.a sialπ ) to the bone sampai nggak ada sehari pun kamu bebas dari perasaan negatif, semoga tahun 2023 menjadi jauh lebih baik, ya… *hugs*
Mumpung masih bulan Januari, saya ingin menulis singkat tentang napak tilas perjalanan hidup di 2022 juga. Sebagai bahan introspeksi dan referensi untuk menghadapi tahun 2023.
Sekalian buat setoran 1m1c yang udah habis batas bolosnya π
Apa sekalian saya bikin tiap tahun kali, ya? π
Semester Akhir 2022
Untuk semester awal, setengah tahun pertama (lebih, sih… π), sudah saya rekap di postingan di bawah ini.
Untuk semester akhir, sebenarnya tidak terlalu banyak yang bisa dituliskan. Saya resmi resign dari pekerjaan di akhir Juli. Kemudian dilanjutkan dengan persiapan pindah di bulan Agustus, seperti yang saya tuliskan di postingan berikut.
Dan sejak awal September sampai sekarang memasuki bulan ke-5, saya di Jepang, membangun rumah tangga bersama si dia pilihan saya yang juga memilih saya tentunya. Wkwkwk.
Pernikahan yang masih seumur jagung. Tapi, alhamdulillah, saya sangat menikmati. Entah itu struggle-nya —just like every other marriages, dan tentu saja sangat menikmati ‘kerecehan’-nya juga. Saya menyadari, akan selalu ada kemungkinan seseorang untuk berubah. Tapi, jika itu terjadi, semoga kami berdua bisa berubah searah ke arah yang lebih baik, bersama-sama.
Awal September sampai pertengahan Desember, saya sibuk dengan unpacking, mengurus pernikahan secara hukum Jepang yang menghabiskan waktu hingga lebih dari sebulan π€¦ββοΈ, kemudian mengurus izin tinggal –karena saya datang dengan menggunakan visitor visa, belanja barang-barang keperluan rumah tangga –mulai dari perintilan, sampai yang gede-gede kayak meja makan dan tempat tidur (maklum, si doi baru pindah dari dorm untuk single ke kontrakan biasa di bulan Mei dan kontraknnya masih kosongan), juga sesekali main ke prefektur tetangga untuk liburan sejenak.
Di akhir Desember, saya dan si doi mudik ke rumah doi di Kobe. Berhubung orang tuanya sudah tidak ada, neneknya dirawat di RS dan tidak bisa dijenguk, dan adiknya tinggal di kota lain, jadi memang rumah tersebut tidak ada yang menempati.
Awalnya kami berencana berkunjung ke rumah tantenya. Eh, tiga hari sebelum keberangkatan dapat kabar kalau tante sekeluarga terinfeksi koronces dan harus isoman sampai dua hari setelah jadwal kami kembali ke Nagasaki. Jadi, bisa dibilang saya dan si doi hanya pindah tidur saja. π
Kami berangkat dengan mobil tanggal 10 pagi dan tiba di Kobe jam 8 malam. Lebih kurang 10 jam untuk jarak 700km. Selama perjalanan, sih, asyik-asyik aja –tergantung sama siapa sih emang, wkwk.
Tapi, berhubung rumah lama dan kosong pula, jadi begitu masuk hawanya dingin sekaliii. Dari sisi geografi memang Kobe lebih dingin dari pada Nagasaki, sih. Apalagi ini di daerah gunungnya. Plus, memang saya lagi dalam kondisi rawan cepat lelah. Tentu saja besoknya jadi hari mager sedunia buat saya. Wkwk.
Si doi, walau bangun terlambat, tapi tetap bebersih, seperti yang biasa dilakukan kebanyakan orang Jepang menjelang tahun baru.
Sorenya, kami belanja bahan makanan untuk 2-3 hari ke depan. Maklum, tahun baru di Jepang biasanya supermarket dan restoran pada tutup. Di kota besar, sih, kadang tanggal 1 siang sudah mulai ada yang buka, tapi untuk wilayah rumah doi, yang termasuk wilayah pinggiran, baru pada buka tanggal 3, dong. Jadi, kalau di tanggal 31 kami nggak belanja bahan makanan, alamat puasa selama tiga hari. π
Keesokan harinya, pagi-pagi makan ozoni ala-ala buatan si doi dan dilanjut dengan bersih-bersih lagi, sambil menunggu adiknya yang juga memutuskan mudik. Baru di tanggal 2, saya dan doi keluar rumah yang agak jauhan. Udah kangen makan chowmein di resto Nepal, tempat sering nge-date dulu. Ihiiw… π€£

Ternyata ruameeenyaaaaa. Dari mulai ngantri sampai makanan keluar, ada kali 1.5 jam π
Setelah makan, lanjut shalat dulu di Mesji Kobe. Awalnya, kami berencana ke Premium Outlet di Tarumi, yang kabarnya akan tutup sementara, sampai batas waktu yang belum ditentukan, di tanggal 15 Januari ini. Tahun baru biasa aja, di sana ada diskon gede-gedean, apalagi tahun baru + mau tutup, tentu saja sayang untuk dilewatkan.
Tapi, ternyata keadaan mengatakan lain. Jalur kendaraan pribadi menuju ke sana macet panjaaang. Kayaknya semua orang sepemikiran, deh… π
Akhirnya, putar-balik dan kami memutuskan untuk pulang aja. Hahaha.
Nggak apa-apa, deh. Lumayan, jadi nggak boncos.
Keesokan paginya, jadwal balik ke Nagasaki. Nggak mampir ke Premium Outlet Tarumi, malah mampir ke The Outlets di Kitakyushu, yang baru dibuka bulan April yang lalu. Tetap boncos yah, cyin. Wkwkwk.

Nggak, ding, masih under-controlled, lah… π
Dan jam 10.30 malam, akhirnya tiba di rumah. Langsung unpacking, mandi, bablas sampai pagi. Huhaha.
Lessons Learned
Bisa dibilang tahun 2022 itu tahun ter-roller coaster yang pernah saya alami seumur hidup saya. Ada banyak kejadian besar, mulai dari kehilangan anggota keluarga inti, sampai bertambahnya anggota keluarga dengan cara membentuk keluarga baru. Semuanya mengingatkan saya, bahwa hidup yang kadang di bawah dan kadang di atas itu biasa saja. Nggak perlu terlalu didramatisasi.
Teorinya, sih, begitu… π
Kenyataannya, butuh effort besar juga untuk mengendalikan rasa sedih saat kehilangan, juga effort untuk nggak jumawa di saat happy.
Bagaimana caranya?
Hmm… ternyata beda kejadian, beda juga cara menghadapinya. Meskipun semua rasa ikhlas melepaskan di saat sedih, juga kembali menjadi down-to-earth di saat gembira, semuanya bermula pada ‘berdiskusi dengan diri’. Duduk berdiam diri dan menyendiri. Tampak luar seperti sedang bengong, padahal di dalam kepala berisik sekali, saling sahut-menyahut, menguraikan segala bentuk emosi menjadi lebih logis dan mudah dimengerti.
Agak tricky, sih, emang. Kalau kebablasan jadinya malah overthinking, memikirkan hal-hal yang di luar kendali dan tak tahu ujung-pangkalnya. Malah bikin tambah sakit kepala.
Di saat-saat begini, menulis bisa jadi jalan keluarnya. Nggak perlu di-published, cukup tuliskan semua yang dirasakan. Baru kemudian diurai, dijadikan poin-poin penting yang bisa menjadi awal penyelesaian. Atau kalaupun tidak bisa diselesaikan, setidaknya mumet di kepala sedikit berkurang dan menjadi lebih lega.
What to Improve
Sepertinya sejak entah berapa puluh tahun yang lalu *lebay ofc*, saya selalu merasa manajemen waktu saya buruk sekali. Harusnya ada banyak hal yang bisa diselesaikan dan dihasilkan dengan waktu yang saya miliki. Tapi, begitu seringnya dikalahkan rasa mager dan berakhir dengan hari-hari tanpa menghasilkan sesuatu.
Kalau kata penggiat awareness kesehatan mental, nggak apa-apa nggak produktif, dari pada terlalu berusaha keras malah jadi stress dan mengganggu kesehatan mental. Tapi, kalau dipikir-pikir, apa nggak sayang waktu yang terbuang? Kita hidup nggak tau sampai kapan, jadi memang sebaiknya seimbang. Manfaatkan waktu agar lebih produktif, tapi tetap beristirahat dan memperhatikan kesehatan mental. *ngomong sama cermin*.
Harapan untuk 2023
Secara umum, standar aja. Semoga bisa menjadi lebih baik dalam berbagai hal. Lebih bisa memanfaatkan waktu, lebih banyak belajar, lebih banyak mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari, dan bisa menjadi lebih bermanfaat setidaknya terhadap orang-orang terdekat.
Kalau untuk detilnya, yah… tentu saja untuk konsumsi pribadi aja, lah, ya…
*kayak pernah bikin resolusi tahunan aja lu, cha? π*
Kalau teman-teman sendiri, bagaimana tahun barunya? Apakah punya harapan khusus di tahun ini? Mari kita semangat bersama!!
*pasang iket kepala dan teriak “aku akan berusaha!” ala benteng Takeshi πͺπͺπͺ*
Sampai jumpa di postingan berikutanya~~ π
Enaaaknya ke Kobe ππ. Aku sempet kesana tapi cuma Icipin daging Kobe. Padahal sbnernya masih pengen ke museum gempa nya chaaa. THN ini kalo jadi ke Jepang, aku masukin ke ITIN deh, ngajakin anak2 liat museum di sana.
2022 buatku tahun yg jauuh lebih berbaik hati dibanding 2021. Duuuh 2021 itu tahun ga jelas beneran, paling bikin stress. Tiap saat kuatir, tiap buka medsos atau hp takut, Krn mikirnya, siapa lagi yang meninggal hari ini π. .
Untung 2022 membaik. Semua target tercapai, aku bisa traveling lagi, kantor Raka juga aman dari segala macam ancaman PHK.. jadi buat kami 2022 tahun yang amazing π. Sekarang cuma berharap 2023 sama baiknya, atau bahkan lebih..π
Menurutku Kobe itu kayak hidden gem, kak. Ga terlalu rame sama turis, tapi di satu wilayah ada banyak hal yang bisa di eksplor. Terus ga cuma yg berbau Jepang aja (malah jarang sih yg ini kayaknya, kecuali museum gempa sama sake brewery), tapi juga ada pecinan dan ijinkan yg berbau eropa. Buat yg suka sama baseball juga ada holyland-nya baseball Jepang plus museumnya (di depannya ada Kidzania juga, dan menyediakan layanan berbahasa Inggris buat anak2 asing). Terus, deket juga dari Osaka. Pokoknya aku rekomen banget, deh, kak… *udah cocok jadi BA Kobe belum, nih? π*
Aamiin… semoga tahun ini semua target juga tercapai dan lebih menyenangkan ya, kak… π€
Naah iyaaa, aku kalo liat foto2 Kobe, itu cantik sih memang. Kayak bukan di Jepang sebenernya. Pokoknya kalo nanti ke Jepang lagi, aku bisa eksplor LBH banyak kota itu. Pengen juga ngerasain stay di kotanya. Ga cuma kesana pulang pergi doang
malam tahun baru kemarin aku dirumah aja, anteng, internetan. Sekarang udah males juga ya mau keluar, kadang cuaca suka hujan kalau pas malam tahun baru
ya sambil mbatin dalam hati, semoga di 2023 makin rajin, ga males-males, semangatt
kalau udah seumuran kita gini, malam tahun baru emang paling enak di rumah, ya, mba π
Kak Hicha, selamat tahun baru! *lebih telat lagi ucapinnya*. Semoga harapan dan doa di tahun ini bisa tercapai yaaa!
Oiyaa, ngomongin tahun baru, aku jadi ingin tanya, kalau Chinese kan merayakan Imlek atau lunar new year, kalau di Jepang, ada nggak Kak? Apa Japanese juga mudik beramai-ramai ke kampung halaman saat Imleknya orang Jepang?
Lunar New Year ga dirayakan atau dijadikan hari libur, sih. Tapi, kadang beberapa public figure suka ngucapin juga. Kalau untuk mudik, orang Jepang mudiknya pas tahun baru biasa. Udah kayak lebaran di Indonesia. Kantor2 juga pada libur seminggu. Bahkan toko2 dan restoran (terutama di daerah) juga bisa tutup seminggu. π
Selamat tahun baru kak Hicha!!! 2022 sibuk persiapan nikah dan memulai bahtera rumah tangga. Apalagi sampe pindah negara, pasti sibuk beud ya kak hihi aku yang sama-sama di Indo, cuma beda kota aja berasa setahun habis buat ngurusin ini hahaha
Btw ke kobe kakak nyobain daging sapinya nda? Apa saking uda jadi kampung halaman jadinya males makan hahaha
Itu ngantri dan makan 1,5jam sigh perjuangan banget ya kak. Apalagi kalo laper⦠beuh mode senggol bacok haha
Iya, sungguh lah segala urusan administrasi ini menghabiskan energi, waktu, dan biaya. Yah, anggap aja proses demi menggapai tujuan yg lebih baik, ya… π
Kobe beef mihil, mba Frisca, dulu pas masih tinggal di sana cuma pernah sekali nyobain. Full course dgn daging 100/150gr *lupa tepatnya*, ngabisin sejutaan juga. Mahasiswa kayak aku mah sering-sering makan Kobe beef bisa nggak makan sebulan ntar wkwk.
Karena memang lagi rame-ramenya juga, mau di resto yg lain pun tetap aja 11-12 antrinya. Untungnya udah makan dikit di rumah, persiapan karena tau bakal rame hahaha
Selamat Tahunn Baru Mba Hicha dan Misua.. π₯³ *Yang ini lebih telat bangett… wwkw π* Semoga selalu sehat dan sukses.
btw, aku tuh kalau nnton Shinchan, sering banget baca subtitle mereka bilang Prefektur Saitama, dan lain-lain.. Baru bnget nggeh per hari ini kalau prefektur itu setingkat Provinsi ya kalau di Indonesia. haha. *Sekian basa-basinya..*
Mba kalau di Jepang tetangganya tipe yang kaya Ibu-ibu nyapu depan halaman sambil ngobrol banter-banter nggak??? bacanya seruu btw.. Pngen banget soalnya bisa menetap lama setahun 2 tahun di negara Orang, kaya Jepang atau Korea.. Pengennya tinggal disana setahun-2 tahun, nggak kerja, tapi duit tetap masuk perbulan… wkwk *Lahh Pagi-pagi udah ngayal π* Jadi kerjaannya leyeh-leyeh, makan, bobo..
Kalau aku Tahun Baru biasa aja sih. Nggak ngapa-ngapain. Tidur jam 10 malam. Bangun pagi masak Indomie kuah bakso cabe rawit karena paginya hujan..
btw, Mba Hicha ada saran ndak? buat orang yang muai nggak fokus. Aku akhir-akhir ini sering banget ngerasa nggak fokus.. di tempat kerja, di rumah.. entah ini perasaanku aja atau apa. Tapi memang akhir-akhir ini aku ngerasa kalau sering kurang fokus. Bahkan kemarin aja, Pas berangkat kerja aku lupa nggak pakai helm sampai ditegur polisi, terus pas belanja di Indomaret, aku ninggalin motor di parkiran dan milih buat jalan π .. Terus di tempat kerja,, lagi ngerjain apa, tetiba kaya yang lost, terus beberapa saat kemudian sadar kalau salah. Untung aja, belum smpe ke tangan Bos.. π wkwk
Kalau ditanya banyak pikiran sih. ya Banyakk sih kayanya mah π€£.. Kuliah, kerjaan, terutama masa depan sih.. Kalau boleh curhat, walaupun sejak tadi aku memang udah mulai curhat π. Aku kaya mulai khawatir sama diri aku. Mulai kemakan sama The Space of Loneliness. Apalagi semenjak si Brian mudik beberapa minggu terakhir ini. Aku yang dengan bangga mengkategorikan diri sebagai Intovert ternyata masih butuh presence orang buat Charge Up karena berasa tinggal di Kota sendirian. kaya Me against the World.. haha
tuh kan jadinya Curcoll. Maaf yaa mba.. hehe.
Semoga selalu sehat dan sukses juga buat mas Bayu. Aku juga awal-awal bingung, karena kalau mau disamain sama provinsi, dari luas wilayah pada jauh lebih kecil. Maklum aja, Jepang sendiri emang bukan negara berarea luas. Wkwk. Tapi, berhubung ga ada provinsi, jadi bisa lah kita samakan prefektru dengan provinsi. Hehehe.
Emang, mas Bay, tinggal di LN itu paling enak jadi turis dan santuy-santuy, kalau buat sekolah atau kerja, ya, sama2 aja di mana-mana, ada plus-minusnya. Hahaha.
Males juga sih ya keluar rumah, apalagi baru agak reda dari Covid gini. Pasti rame banget. Terus, keganggu ga tidurnya dengan kembang api dan terompet?
Kalau soal fokus, mungkin bisa menerapkan yubisashikosho, salah satu prinsip safety orang Jepang. Jadi, saat butuh fokus, dilist hal-hal apa saja yang harus dikerjakan dan dipastikan, terus dilihat dengan mata, ditunjuk dengan tangan, dan diucapkan dengan mulut. Contohnya, sebelum keluar rumah harus pastiin keran air, kompor, alat-alat listrik, helm, bekal, dll. Itu satu-satu dicek sambil ditunjuk (atau diletakkan di tempat seharusnya) dan diucapkan dengan mulut. Kayak, “kompor OK, AC OK, keran OK, bekal OK, helm OK, dst” jadi setidaknya mengurangi kemungkinan terlupa.
Kalau soal banyak pikiran, rada susah ya, kalau memang punya bakat overthinking. Kalau aku sendiri prinsipnya “ga usah pikirin hal yg ga bisa kita kendaliin saat ini”, jadi kalau udah ngawang-ngawang kepikiran “duh, ntar abis kuliah gimana, ya. Duh, ini gw apakah akan hidup sendiri selamanya, etc”, langsung istigfar dan stop mikirinnya. Karena percuma juga dipikirin, nggak ada hal yg bisa dilakuin, yang dalam jangkauan kita cuma apa yg ada saat ini dan yg ada di depan mata. Susah, sih, emang, aku juga rawan ‘tersedot’ terus jadinya malah buang2 waktu yg ada saat ini untuk mikirin sesuatu yg belum tentu terjadi di masa depan. π
Saranku, kalau masih ada hal yg harus diselesaikan (misalnya kuliah), mas Bayu coba usahakan fokus dgn penyelesaian kuliah. Mengenai nanti ke depannya gimana, nanti aja dipikirin, kapasitas otak dan badan kita terbatas, jadi mau ga mau harus bikin prioritas.
Ini advice buat diriku sendiri juga sih benernya wkwk.
Kuy, ah, sama-sama semangat ya kita π€